10 November merupakan hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Berawal dari perlawanan-perlawanan terhadap para penjajah yang kembali datang setelah Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Kala itu meletus perang dibeberapa daerah seperti Agresi Militer Belanda di Yogyakarta, lalu Pertempuran 5 Hari di Semarang, dan pertempuran yang ikonik di kota Surabaya, yang kemudian diabadikan dengan peringatan Hari Pahlawan.
Gelora semangat juang disampaikan dengan lantang dalam pertempuran di Surabaya, Bung Tomo berpidato mongobarkan semangat juang arek-arek Surabaya (pemuda Surabaya) untuk mengusir para pasukan Belanda/NICA yang mendompleng pasukan sekutu pasca Jepang menyerah tanpa syarat. Pertempuran semakin panas setelah Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby pada Oktober 1945, pasukan NICA dan sekutu membombardir kota Surabaya dan berhasil merebut sebagian besar kota. Namun hal itu justru membangkitkan semangat juang rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan tanah air. Meskipun dibombardir menggunakan senjata modern kala itu, rakyat yang bersenjata apa adanya dengan tekad dan semangat yang kuat berhasil mengusir penjajah dari Surabaya.
Berkat perjuangan rakyat dan para pahlawan yang rela mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan Indonesia, kini Republik Indonesia tercinta telah berusia 78 tahun. Sudah seharusnya kita berterima kasih kepada para pahlawan, baik yang masih hidup ataupun yang telah berpulang mendahului kita. Namun disisi lain, banyak kehidupan para pahlawan dimasa kini justru memprihatinkan. Para pahlawan kemerdekaan yang telah menginjak usia renta yang seharusnya bergelimang penghargaan atas jasa yang pernah diberikan pada negara, harus hidup serba kekurangan ditengah gegap gempita bangsa yang semakin hingar bingar. Diusia senjanya para pahlawan yang dahulu mati-matian membela bangsa, masih harus berjuang memperbaiki nasibnya sendiri.
Semestinya para pahlawan yang dulu pernah mempertahankan kemerdekaan Tanah Air mendapatkan penghargaan yang layak apalagi dimasa tuanya. Namun, lencana, piagam juga sertifikat kepahlawanan mereka hanyalah kenangan semata-mata mereka pernah berjuang demi negara dahulu kala. Banyak dari mereka yang diusia senjanya atau bahkan hingga akhir hayatnya masih harus berusaha bertahan hidup, hingga bahkan tidak mempunyai tempat tinggal yang layak. Sebuah ironi memang, dulu ketika negeri kita masih dijajah, mereka mati-matian berjuang namun setelah negeri ini Merdeka seakan jasa-jasa mereka tak pernah ada. Para pahlawan yang masih hidup sudah seharusnya dan selayaknya mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik, karena tanpa jasa-jasa mereka mungkin sampai sekarang negeri ini masih terjajah dan kita tak bisa menikmati hidup merdeka secara penuh.
Sudah seharusnya kita sadar, bahwa kemerdekaan kita sekarang ini bukan sesuatu yang dapat diraih dengan tangan kosong. Kemerdekaan yang kita rasakan sekarang adalah hasil jerih payah para pahlawan, maka seharusnya kita memuliakan para pahlawan, memberikan kehidupan yang baik bahkan hingga akhir hayatnya. Hal ini menjadi tanggung jawab kita semua, mulai dari pemerintah hingga seluruh elemen masyarakat, sebagai bentuk rasa syukur atas kemerdekaan dan ucapan terimakasih atas jasa-jasa para pahlawan. Maka di bulan November, bulan ‘heroik’ bagi Sejarah perjuangan bangsa Indonesia, mari kita senantiasa mengenang jasa para pahlawan, mendoakan para pahlawan yang telah gugur mendahului kita, dan memuliakan para pahlawan yang hingga kini masih hidup bersama kita. Semoga dengan ulasan ini, kita selalu ingat jasa para pahlawan yang telah membantu memerdekakan Indonesia. Sampai berjumpa di ulasan-ulasan selanjutnya sobat-sobat Royal Star!
Leave a reply