Royal Star – Jakarta, Kota Megapolitan yang kini tak lagi menyandang status sebagai ibu kota negara ini masih tegak berdiri dan berusia 497 tahun. Peringatan Hari Ulang Tahun Jakarta tinggal menghitung hari lagi. Kota ini menjadi tujuan terbesar kaum urban untuk mewujudkan mimpi serta mencari kehidupan yang lebih baik. Orang-orang berdatangan dari berbagai daerah di tanah air untuk menggantungkan nasib kepada Jakarta, berharap mempunyai kehidupan yang lebih baik. Jakarta sarat akan sejarah, tempat diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Per tahun 2024 ini, Jakarta dengan luas 7659,02 km2 di huni oleh 11.436.004 juta jiwa.
Status Ibu Kota, kota megapolitan, dan kota pesisir membuat Jakarta sudah menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan sejak masa lalu. Tak heran banyak orang ingin mengadu Nasib di Jakarta, untuk bekerja maupun berdagang. Dari masa ke masa Jakarta punya cerita-cerita yang menarik untuk dibahas. Mulai dari politik, masalah lingkungan, dan masalah urbanisasi hingga kesenjangan sosial. Kali ini Starmin akan mengulas beberapa hal tentang Jakarta, untuk memperingati HUT Jakarta ke 497. Nyok, kite Simak bareng-bareng artikel ini!
Jakarta Masa Lampau
Jakarta punya segudang sejarah masa lalu yang yang menarik untuk disimak. Dulu, Jakarta Bernama Sunda Kelapa, yang berarti pesisir di daerah Sunda yang banyak ditumbuhi pohon kelapa. Kala itu Sunda Kelapa masih termasuk wilayah Kerajaan Sunda, dan menjadi pusat Pelabuhan dan perdagangan pada masa itu. Pada tahun 1511, Portugis datang ke Indonesia, dengan niat awal mencari rempah-rempah. Lambat laun, terjadilah monopoli perdagangan yang menimbulkan perlawanan dari rakyat. Pada tahun 1527 Fatahillah berhasil mengusir portugis dari Sunda Kelapa dan mengganti namanya menjadi Jayakarta, yang kemudian menjadi Kerajaan Jayakarta (1527 – 1619).
Belanda datang ke Indonesia pada tahun 1596, lalu terbentuklah serikat dagang VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie). Perseteruan di Jayakarta bermula ketika VOC mendirikan benteng persegi 4, dan menempatkan Meriam disemua sisinya yang menghadap ke keraton. Pangeran Jayakarta, Raja Jayakarta pada waktu itu tidak setuju atas Pembangunan benteng tersebut, dan perseteruan dengan VOC semakin memanas. Belanda berhasil menduduki Jayakarta pada 30 Mei 1619, dan mengganti namanya menjadi Batavia. Makam Pangeran Jayakarta menjadi salah satu situs bersejarah di Jakarta yang terletak di Kawasan Cipinang.
Djakarta dan Kemerdekaan Indonesia
Djakarta (Jakarta dalam ejaan lama) merupakan kota yang berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia. Sejak era colonial, hingga pendudukan Jepang, Jakarta merupakan pusat pemerintahan, Pendidikan dan perdagangan. Maka tak heran, tokoh-tokoh Nasional Seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Sjahrir dan lainnya memulai aktivitas politiknya di Jakarta. Tokoh-tokoh Nasional awalnya menempuh Pendidikan di Jakarta, kemudan memulai pegerakan-pergerakan menuju kemerdekaan. Tak heran, jika terjadi gejolak di Jakarta, dapat menyulut gejolak didaerah lain di Indonesia.
Pada 17 Agustus 1945, Soekarno – Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 (Jakarta Pusat) yang menandakan Indonesia telah Merdeka. Saat itu juga, Jakarta dijadikan sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia. Ibu Kota sempat berpindah ke Yogyakarta pada tahun 1946, akibat agresi militer NICA yang ingin menguasai kembali Indonesia. Sempat berpindah lagi ke Bukittinggi, pada tahun 1949 Jakarta kembali menjadi ibu kota Republik Indonesia. Jl. Pegangsaan Timur No. 56 (rumah Ir. Soekarno) kini menjadi Museum Proklamasi dan menyimpan benda bersejarah bagi kemerdekaan Indonesia.
Jakarta Masa Kini
Tahun 2024 penduduk Jakarta sudah mencapai 11.436.004, terlampau padat untuk sebuah wilayah dengan ukuran 7.659,02 km2. Imbasnya adalah air bersih yang sedikit susah, ruang tinggal yang semakin sempit hingga kemacetan yang massif. Kesenjangan sosial pun terasa, gedung-gedung mewah pencakar langit, berdampingan dengan pemukiman padat dan kumuh. Tak terkecuali, penduduk asli Jakarta yaitu suku Betawi, yang terus digerus oleh gemerlapnya sang megapolitan. Sebuah permasalahan yang kompleks, dan tantangan bagi pengelola kota untuk mengatasi beragam permasalahan kota sebesar ini.
Walau kini sudah tidak menyandang status Ibu Kota, Jakarta tetap menjadi tujuan utama kaum urban untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Jakarta sebagai kota megapolitan menarik minat banyak kaum urban untuk berpartisipasi didalamnya. Namun sayang, urbanisasi ini menuai masalah baru yakni tentang ketersediaan ruang tinggal, kompetensi manusia, dan biaya hidup yang lebih tinggi dari kota lainnya. Jakarta memang mempunyai UMR (Upah Minimum Regional) yang lebih tinggi dari daerah lain. Oleh karena itu, Jakarta menjadi tujuan banyak orang untuk mencari penghasilan dan memperbaiki kehidupan. Sayangnya, urbanisasi tanpa pengaturan yang baik, malah membuat Jakarta semakin padat, dan mungkin beberapa tahun lagi akan terasa semakin pengap.
Jakarta kini telah berumur 497 tahun, semoga Jakarta akan selalu menjadi kota yang mampu mewujudkan mimpi setiap penduduknya. Yuk, kite-kite warga Jakarta jangan lupa untuk selalu berbuat baik untuk kota tercinta ini, agar Jakarta semakin maju, jaya dan raya. Royal Star mengucapkan selamat ulang tahun ke 497 bagi Jakarta, semoga Jakarta selalu menjadi kota yang megah dengan kehidupan yang tenteram dan damai. Ingat ondel-ondel, ingat Jakarta. Mau bikin corporate merchandise keren? Ingat Royal Star pastinya!
Add comment