Royal Star – Puisi merupakan sebuah karya sastra yang berisi ungkapan perasaan, hati dan pikiran sang penyair yang terikat oleh irama, rima serta penyusunan larik dan bait. Beberapa penyair tak asing di telinga kita seperti Chairil Anwar, W.S Rendra dan Sapardi Djoko Damono. Puisi-puisi mereka tak jarang menjadi materi pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. Beberapa dari puisi mereka bahkan dikombinasikan dengan musik, sehingga menjadi sebuah musikalisasi puisi. Pementasan puisi atau monolog juga banyak kita jumpai di teater-teater di Jakarta, seperti di Taman Ismail Marzuki dan Galeri Indonesia Kaya.
Salah satu penyair tersohor Indonesia adalah Sapardi Djoko Damono. Beliau banyak sekali menuliskan puisi yang indah dan menyentuh hati. Bahkan beberapa puisinya dijadikan musikalisasi puisi oleh musisi Ari Malibu dan Reda Gaudiamo. Beliau juga telah menerbitkan buku antologi puisi berjudul Hujan Bulan Juni, yang berisi kumpulan puisi yang pernah beliau tulis. Sapardi Djoko Damono lahir tanggal 20 Maret 1940 dan meninggal 19 Juli 2020. Beliau telah melahirkan berbagai karya sastra seperti puisi, prosa, dan novel fiksi maupun non fiksi. Kali ini starmin akan menuliskan kembali 5 puisi Sapardi Djoko Damono yang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Stay tune dan simak terus ulasan berikut ini guys!
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata, yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
Yang menjadikannya tiada
Aku ingin adalah salah satu puisi yang populer dari Sapardi Djoko Damono. Puisi “Aku Ingin” semakin indah dalam musikalisasi puisi yang di bawakan oleh Ari Malibu dan Reda Gaudiamo. Puisi aku ingin juga sering di bawakan dalam acara pernikahan, sebab puisi tersebut terkesan indah dan romantis. Buat kalian yang ingin menyatakan perasaan pada pasangan, puisi “Aku Ingin” bisa jadi perantara perasaan kalian pada pasangan.
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Puisi “Hujan Bulan Juni” berkembang menjadi sebuah novel yang juga di tulis oleh Sapardi Djoko Damono. “Hujan Bulan Juni” juga bertransformasi kedalam film layar lebar yang di sutradarai oleh Reni Nurcahyo Hestu Saputra dan di rilis tahun 2017. Musisi Ari Malibu dan Reda Gaudiamo juga sempat menggubah “Hujan Bulan Juni” menjadi sebuah musikalisasi puisi yangindah dan menyentuh.
Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan ku relakan sendiri
Pada suatu hari nanti
Suara ku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap ku siasati
Pada suatu hari nanti
Impian ku pun tak di kenal lagi
Tapi di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya ku cari
Puisi “Pada Suatu Hari Nanti” cukup populer di kalangan umum, dan penggemar sastra di Indonesia. “Pada Suatu Hari Nanti” mempunyai arti dan makna yang dalam bagi kehidupan kita. Puisi ini menunjukkan bahwa sang penyair menyadari bahwa kematian akan dialami oleh setiap manusia.
Yang Fana Adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita Abadi:
Memungut detik demi detik,
Merangkainya seperti bungasampai pada suatu hari kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” Tanyamu. Kita abadi.
“Yang Fana Adalah Waktu” cenderung singkat tapi mempunyai makna yang mendalam. Sapardi Djoko Damono ingin para kita lebih menghargai waktu melalui puisi ini. Puisi ini menginginkan kita untuk sadar betul dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin selagi kita masih di beri kesempatan hidup di dunia.
Hatiku Selembar Daun
Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput
Nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini
Ada yang masih ingin kupandang,
Yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi sebelumKau sapu tamanmu setiap pagi.
Puisi ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seseorang dengan mengibaratkannya sebagai selembar daun. Sapardi Djoko Damono membuat hubungan antara pertanda dan penanda dengan cara menggambarkan manusia yang akan menemui ajalnya sebagai pertanda, dengan selembar daun sebagai penandanya. Itu dia beberapa puisi dari Sapardi Djoko Damono yang populer di Tanah Air. Beberapa dari kalian mungkin pernah mendengar musikalisasi puisi tersebut atau membaca antologinya. Puisi-puisi dan karya sastra Sapardi Djoko Damono akan selalu abadi bagi kesusastraan tanah air. Jangan lupa ikuti terus ulasan-ulasan dari Royal Star ya guys! Buat kalian yang mau bikin souvenir kantor yang unik, langsung aja ke Royal Star! Kita punya ratusan produk untuk kebutuhan promosi perusahaan kalian!
One comment on “5 Puisi Karya Sapardi Djoko Damono yang Menyentuh Hati”
Создание учетной записи в binance
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.